Ahad, 16 Disember 2012

ANALISIS PERISTIWA SEJARAH



Isu di Malaysia
Rusuhan Kaum

Pergolakan kaum yang berlaku di Singapura 1965 menjadi alasan Tunku untuk memisahkan Singapura dari Malaysia. Lee Kuan Yew yang mempunyai autoriti sebagai pemimpin Singapura menjadikan bangsa Melayu terpinggir dan mencetus beberapa kejadian rusuhan kaum antara Melayu dan Cina dan menyebabkan ramai yang cedera dan terbunuh. Namun penyingkiran Tunku tehadap Singapura daripada Malaysia tidak berjaya memadam api perkauman Cina-Melayu kerana 13 Mei 1969 menyaksikan satu lagi rusuhan kaum menjadi sejarah terburuk dalam sejarah Malaysia dengan jumlah ratusan angka korban dan ribuan angka yang tercedera.
Sentimen kaum ini telah disemarakkan lagi  Semasa kempen Pilihan Raya 1969 dengan  memanipulasi kan isu oleh  penceramah-penceramah politik dari kalangan parti pembangkang.  Untuk menagih faedah pilihanraya mereka telah membesar-besarkan isu  bangsa  serta hak keistimewaan orang Melayu sebagai bumiputera dan hak kerakyatan orang bukan Melayu.
Parti Perikatan yang dianggotai oleh (UMNO-MCA-MIC telah gagal memperolehi majoriti 2/3 di parlimen, walaupun masih berjaya membentuk kerajaan persekutuan.  Pihak pembangkang pula  memperolehi pencapaian gemilang dalam pilihanraya telah meraikan kemenangan mereka pada 11 Mei 1969. 
Perarakan tersebut sebenarnya tidak bermotif untuk menimbulkan isu perkauman tetapi  terdapat segelintir pengikut perarakan telah mengeluarkan slogan-slogan sensitif berkenaan isu perkauman semasa mengadakan perarakan di jalan-jalan raya di sekitar Kuala Lumpur. Perarakan turut dijalankan pada 12 Mei 1969 di mana kaum Cina berarak menerusi kawasan Melayu, melontar penghinaan sehingga mendorong kepada kejadian tersebut.
Pihak pembangkang yang sebahagian besar darinya kaum Cina dari Democratic Action Party (DAP) dan Gerakan yang menang, mendapatkan permit polis bagi perarakan kemenangan melalui jalan yang ditetapkan di Kuala Lumpur. Bagaimana pun perarakan telah tidak melalui  laluan yang ditetapkan malah melalui kawasan Melayu Kampung Baru, menyorak  dan menghina penduduk di situ. Ianya berlarutan hingga ke 13 Mei 1969 di mana UMNO juga telah mengadakan perarakan balas.
Cabar mencabar antara kedua pihak berlaku dan dengan tokok tambah cerita tentang pembunuhan kejam yang dilakukan oleh kedua-dua belah pihak menjadikan keadaan tidak dapat dikawal dan mengakibatkan rusuhan kaum ini tidak boleh dibendung pada suatu ketika dan berakhir dengan rusuhan antara kaum yang terburuk dalam sejarah Malaysia.  Penglibatan Rejimen Renjer yang komposisinya campuran kaum dikatakan juga telah memburukkan lagi keadaan.  Menyedari hakikat itu, Askar Renjer dikeluarkan dan digantikan dengan RAMD bagi meredakan keadaan.





                                    ISU DUNIA
Tindak kejahatan yang merebak pada akhir 70an sampai awal 80an di Indonesia, memberikan sebuah ide bagi pemerintah yang berkuasa pada waktu itu untuk mengambil tindakan tegas. Tindakan tersebut dilakukan kerana dirasa sudah membimbangkan masyarakat. Melalui surat perintah dari Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkokamtib), dan dibawah komando dan pengendalian oleh Presiden Republik Indonesia. Pelaksanaan pemberantasan kejahatan secara masif yang mulanya dilakukan diwilayah Jakarta kemudian diikuti oleh wilayah lain terutama di Jawa. Tindakan tersebut disebut sebagai "Shock Therapy" kepada para pelaku kejahatan yang lain.

Pada waktu itu antara tahun 1982 - 1985, banyak ditemukan mayat korban pembunuhan yang mati dalam keadaan terikat dan dengan luka tembak. Mayat-mayat tersebut ditemukan dipinggir jalan, dikebun, tengah hutan, parit dan banyak lagi. Ada pula yang ditemukan di dekat pemukiman penduduk atau di tempat keramaian. Mayat tersebut ada yang dikenali oleh warga sekitar sebagai preman atau gali terkenal. Masyarakat tak mengetahui siapa pembunuhnya, dari sinilah muncul istilah "Petrus" kependekan dari pembunuhan misteri atau biasa juga penembakan misteri.

Para korban petrus yang notabene dikenal sebagai preman, gali, maupun juga orang bertato (kerana banyak korban petrus yang mempunyai tato di tubuhnya) sebelumnya didata terlebih dulu. Pendataan dilakukan dengan berbagai cara baik lewat intel, daftar orang yang pernah dipenjara, dari laporan masyarakat atau pula dari RT/RW setempat dimana para korban petrus tinggal. Ada pula isu yang menarik pada waktu itu bahwa para "calon" korban petrus diajak dan dirangkul masuk menjadi simpanan dan tim sukses partai Golkar. Mereka diiming-imingi dengan sebuah "perlindungan" untuk memenangkan Pemilu 1982. Para preman dan gali tersebut direkrut sebagai penarik massa agar memilih partai itu dalam Pemilu 1982. Dari daftar yang ada tersebut kemudian digunakan oleh aparat untuk mengidentifikasi siapa calon korban petrus.
Itu terjadi karena memang partai Golkar dekat dengan ABRI waktu itu. Para eksekutor petrus diduga kuat memang anggota militer dibantu pihak kepolisian. Menurut penyelidikan Komnas HAM, pelaku petrus berasal dari aparat militer tingkat Koramil, Kodim, Kodam/Laksusda dan Garnizun serta dikoordinir oleh Pangkokamtib. Sementara peran polisi dan masyarakat sipil terbatas pada pemberian informasi.
Korban petrus menurut keterangan berbagai media dan laporan masyarakat mencapai seribuan orang, bahkan seorang profesor dari Australia, profesor David Bourchier, dalam sebuah buku karyanya " Crime, Law and State Authority in Indonesia ", mengatakan bahwa korban petrus mendekati angka 10.000 orang.
Diantara para korban petrus tersebut ada pula yang salah sasaran. Karena mereka mempunyai tato pada tubuhnya atau karena mempunyai kesamaan nama dan julukan. Masih menurut hasil penyelidikan Komnas HAM yang diumumkan pada awal Juli 2012 kemarin, menyatakan para korban petrus dijemput dirumah masing-masing. Di depan keluarga mereka ada yang langsung ditembak dan sebagian besar dibawa ke "kantor" untuk di interogasi dan disiksa sebelum dibunuh. Untuk yang berada diluar rumah, para korban dijemput di tempat mangkalnya, bagi yang lari akan langsung di-dor.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan