Isu di Malaysia
Rusuhan Kaum
Pergolakan kaum yang berlaku di Singapura 1965 menjadi
alasan Tunku untuk memisahkan Singapura dari Malaysia. Lee Kuan Yew yang
mempunyai autoriti sebagai pemimpin Singapura menjadikan bangsa Melayu
terpinggir dan mencetus beberapa kejadian rusuhan kaum antara Melayu dan Cina
dan menyebabkan ramai yang cedera dan terbunuh. Namun penyingkiran Tunku
tehadap Singapura daripada Malaysia tidak berjaya memadam api perkauman
Cina-Melayu kerana 13 Mei 1969 menyaksikan satu lagi rusuhan kaum menjadi
sejarah terburuk dalam sejarah Malaysia dengan jumlah ratusan angka korban dan
ribuan angka yang tercedera.
Sentimen kaum ini telah disemarakkan lagi Semasa kempen Pilihan Raya 1969 dengan memanipulasi kan isu oleh penceramah-penceramah politik dari kalangan
parti pembangkang. Untuk menagih faedah
pilihanraya mereka telah membesar-besarkan isu
bangsa serta hak keistimewaan
orang Melayu sebagai bumiputera dan hak kerakyatan orang bukan Melayu.
Parti Perikatan yang dianggotai oleh (UMNO-MCA-MIC
telah gagal memperolehi majoriti 2/3 di parlimen, walaupun masih berjaya membentuk
kerajaan persekutuan. Pihak pembangkang
pula memperolehi pencapaian gemilang
dalam pilihanraya telah meraikan kemenangan mereka pada 11 Mei 1969.
Perarakan tersebut sebenarnya tidak bermotif untuk
menimbulkan isu perkauman tetapi
terdapat segelintir pengikut perarakan telah mengeluarkan slogan-slogan
sensitif berkenaan isu perkauman semasa mengadakan perarakan di jalan-jalan
raya di sekitar Kuala Lumpur. Perarakan turut dijalankan pada 12 Mei 1969 di
mana kaum Cina berarak menerusi kawasan Melayu, melontar penghinaan sehingga
mendorong kepada kejadian tersebut.
Pihak pembangkang yang sebahagian besar darinya kaum
Cina dari Democratic Action Party (DAP) dan Gerakan yang menang, mendapatkan
permit polis bagi perarakan kemenangan melalui jalan yang ditetapkan di Kuala
Lumpur. Bagaimana pun perarakan telah tidak melalui laluan yang ditetapkan malah melalui kawasan
Melayu Kampung Baru, menyorak dan
menghina penduduk di situ. Ianya berlarutan hingga ke 13 Mei 1969 di mana UMNO
juga telah mengadakan perarakan balas.
Cabar mencabar antara kedua pihak berlaku dan dengan
tokok tambah cerita tentang pembunuhan kejam yang dilakukan oleh kedua-dua
belah pihak menjadikan keadaan tidak dapat dikawal dan mengakibatkan rusuhan
kaum ini tidak boleh dibendung pada suatu ketika dan berakhir dengan rusuhan
antara kaum yang terburuk dalam sejarah Malaysia. Penglibatan Rejimen Renjer yang komposisinya
campuran kaum dikatakan juga telah memburukkan lagi keadaan. Menyedari hakikat itu, Askar Renjer
dikeluarkan dan digantikan dengan RAMD bagi meredakan keadaan.
ISU DUNIA
Tindak kejahatan yang
merebak pada akhir 70an sampai awal 80an di Indonesia, memberikan sebuah ide
bagi pemerintah yang berkuasa pada waktu itu untuk mengambil tindakan tegas.
Tindakan tersebut dilakukan kerana dirasa sudah membimbangkan masyarakat.
Melalui surat perintah dari Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Pangkokamtib), dan dibawah komando dan pengendalian oleh Presiden Republik
Indonesia. Pelaksanaan pemberantasan kejahatan secara masif yang mulanya
dilakukan diwilayah Jakarta kemudian diikuti oleh wilayah lain terutama di
Jawa. Tindakan tersebut disebut sebagai "Shock Therapy" kepada para
pelaku kejahatan yang lain.
Pada waktu itu antara tahun
1982 - 1985, banyak ditemukan mayat korban pembunuhan yang mati dalam keadaan
terikat dan dengan luka tembak. Mayat-mayat tersebut ditemukan dipinggir jalan,
dikebun, tengah hutan, parit dan banyak lagi. Ada pula yang ditemukan di dekat
pemukiman penduduk atau di tempat keramaian. Mayat tersebut ada yang dikenali
oleh warga sekitar sebagai preman atau gali terkenal. Masyarakat tak mengetahui
siapa pembunuhnya, dari sinilah muncul istilah "Petrus" kependekan
dari pembunuhan misteri atau biasa juga penembakan misteri.
Para korban petrus yang
notabene dikenal sebagai preman, gali, maupun juga orang bertato (kerana banyak
korban petrus yang mempunyai tato di tubuhnya) sebelumnya didata terlebih dulu.
Pendataan dilakukan dengan berbagai cara baik lewat intel, daftar orang yang
pernah dipenjara, dari laporan masyarakat atau pula dari RT/RW setempat dimana
para korban petrus tinggal. Ada pula isu yang menarik pada waktu itu bahwa para
"calon" korban petrus diajak dan dirangkul masuk menjadi simpanan dan
tim sukses partai Golkar. Mereka diiming-imingi dengan sebuah
"perlindungan" untuk memenangkan Pemilu 1982. Para preman dan gali
tersebut direkrut sebagai penarik massa agar memilih partai itu dalam Pemilu
1982. Dari daftar yang ada tersebut kemudian digunakan oleh aparat untuk
mengidentifikasi siapa calon korban petrus.
Itu terjadi karena
memang partai Golkar dekat dengan ABRI waktu itu. Para eksekutor petrus diduga
kuat memang anggota militer dibantu pihak kepolisian. Menurut penyelidikan
Komnas HAM, pelaku petrus berasal dari aparat militer tingkat Koramil, Kodim,
Kodam/Laksusda dan Garnizun serta dikoordinir oleh Pangkokamtib. Sementara
peran polisi dan masyarakat sipil terbatas pada pemberian informasi.
Korban petrus menurut
keterangan berbagai media dan laporan masyarakat mencapai seribuan orang,
bahkan seorang profesor dari Australia, profesor David Bourchier, dalam sebuah
buku karyanya " Crime, Law and State Authority in Indonesia ",
mengatakan bahwa korban petrus mendekati angka 10.000 orang.
Diantara para korban
petrus tersebut ada pula yang salah sasaran. Karena mereka mempunyai tato pada
tubuhnya atau karena mempunyai kesamaan nama dan julukan. Masih menurut hasil
penyelidikan Komnas HAM yang diumumkan pada awal Juli 2012 kemarin, menyatakan
para korban petrus dijemput dirumah masing-masing. Di depan keluarga mereka ada
yang langsung ditembak dan sebagian besar dibawa ke "kantor" untuk di
interogasi dan disiksa sebelum dibunuh. Untuk yang berada diluar rumah, para
korban dijemput di tempat mangkalnya, bagi yang lari akan langsung di-dor.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan